Bill Gates


Jika mendengar nama ini, orang akan pribadi ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dimungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!
Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari harapan Bill Gates ketika masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik jadwal komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.
Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang populer cukup ambisius. Pada ketika masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan menciptakan orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus pria di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi jadwal sederhana. Dari mesin itu, kemudian beliau mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar jadwal dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.
Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya ketika kuliah di Universitas Harvard. Namun, ketika kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih menentukan untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menuntaskan studi. Ia menentukan drop out dan berkomitmen berpengaruh untuk mewujudkan ambisinya.
Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi niscaya hobinya menciptakan jadwal telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan harapan menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak digunakan sebagai software di aneka macam komputer.
Berbagai penemuan tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang ketika ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, sekarang memiliki komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan memakai produk Microsoft. Inilah yang menciptakan pundi-pundinya terus mengembang.
Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk aneka macam kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit ibarat AIDS dan aneka macam penyakit lainnya, sampai memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah dukungan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.
Sebuah impian, bila disertai dengan keyakinan berpengaruh dan kerja keras, serta dilandasi kesepakatan usaha tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates yakni bukti konkret bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, sekarang bisa diwujudkannya. Nilai keyakinan dan usaha inilah yang bisa kita pola dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk menyebarkan juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti bila kita bisa saling berbagi.